Madinah – 1400 tahun silam, saat kaum Muslimin baru saja hijrah dari Mekkah, memulai hidup baru di tengah keterbatasan, datang ujian berat berupa krisis air bersih. Di seluruh penjuru Madinah, hanya ada satu sumur yang masih mengalir, yakni Sumur Raumah milik seorang Yahudi. Air bersih harus dibeli mahal. Antrian panjang menjadi pemandangan harian, menyesakkan bagi penduduk dan kaum muslimin yang baru berhijrah.

Suatu hari, Rasulullah ﷺ menyampaikan sabda yang menggetarkan hati para sahabat:

“Siapa di antara kalian yang membeli sumur Raumah dan menyedekahkannya untuk umat, maka baginya surga.”
(HR. Muslim)

Sebuah tawaran yang membuka kesempatan untuk memberi di dunia, dan menuai di akhirat.

Saat Dunia dan Akhirat Bertemu di Tangan Seorang Dermawan

Adalah Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat Nabi dan saudagar kaya yang mendengar sabda tersebut. Ia tau, ini bukan soal transaksi bisnis belaka, ini adalah kesempatan dan jalan menuju surga.. Tanpa ragu, ia menemui pemilik sumur dan menawarnya dengan harga tinggi. Tapi sang pemilik menolak, sebab sumur tersebut adalah sumber penghasilan hariannya.

Utsman bin Affan tidak menyerah. Ia kembali, menawar separuh hak pakai sumur, hari ini miliknya, esok milik sang Yahudi. Tawaran diterima, dan sejak saat itu, air mengalir gratis setiap hari ganjil bagi umat Islam.

Satu hari cukup untuk mengambil persediaan air dua hari. Hari berikutnya, saat sumur kembali dikelola sang Yahudi, tak ada yang membeli. Melihat kerugiannya, pemilik sumur akhirnya menyerah.

“Wahai Utsman, belilah separuh yang tersisa seperti yang kau bayarkan sebelumnya,” pintanya.

Tanpa menawar, Utsman menyelesaikan pembebasan sumur itu. Dan sejak itu, air dari Sumur Raumah menjadi milik umat. Dan hingga hari ini, Sumur Raumah masih mengalirkan air di Madinah. Keuntungannya bahkan masih disalurkan untuk anak yatim dan fakir miskin lewat kebun kurma yang ditanam di sekitarnya. Jejak Utsman bin Affan terus hidup selama lebih dari satu milenium.

Mengalirkan Kehidupan ke Tanah yang Terluka

Hari ini, jauh dari Madinah, saudara kita di Palestina mengalami krisis yang hampir sama, bahkan lebih tragis. Bukan hanya hak hidup yang direnggut, tapi akses terhadap air bersih pun dibatasi. Di berbagai wilayah di Gaza dan Tepi Barat, sumur rusak, air tercemar, dan krisis kemanusiaan semakin dalam.

Di tengah keterbatasan itu, kita dihadapkan pada pilihan yang sama seperti Utsman dahulu: mengulurkan tangan, dan membebaskan air untuk mereka yang membutuhkan, atau hanya akan diam.

Saatnya Menjadi Bagian dari Wakaf yang Mengalirkan Surga

Klik di sini untuk berdonasi dan ikut #LuaskanManfaat bersama kami. Satu sumur yang hadir di Palestina, bisa menjadi sumber kehidupan bagi ratusan keluarga dan menjadi amal jariyah yang tak pernah kering.