(08/12/2025) – Di tengah langit Aceh yang belum benar-benar pulih dari kelamnya bencana, ada sebuah perjalanan yang tidak hanya tentang membawa bantuan, tetapi juga tentang mempertahankan hidup. Akses utama jembatan lintas Takengon–Bireuen masih terputus total. Jalanan yang biasa dilalui warga kini menjadi potongan-potongan tanah yang tak lagi terhubung. Di hadapan para relawan, satu-satunya jalan menuju Gampong Simpang Jaya di Desa TeupinManee adalah sungai yang arusnya begitu deras.
Ketika banyak hal terhenti, langkah para relawan tidak ikut terhenti. Mereka menembus derasnya aliran sungai yang dingin, keruh, menghantam kaki, namun tetap mereka seberangi. Karena ada keluarga yang menunggu, ada anak-anak yang hari ini belum merasakan makan cukup, ada lansia yang menggigil tanpa penghangat, ada ibu yang matanya bengkak karena debu dan infeksi, dan ada warga yang sakit namun tak punya akses ke obat-obatan.
Dalam perjalanan yang penuh resiko itu, Relawan Nusantara memanggul harapan berupa ratusan kilogram beras, puluhan liter minyak, dus-dus popok, dus-dus air mineral, serta paket peralatan kebersihan.
Warga Terisolasi Banjir Mulai Sakit, Bantuan Menjadi Penopang Harapan

Kondisi di desa juga tidak mudah. Warga yang terisolasi berhari-hari mulai merasakan sakit. ISPA menyebar cepat di antara mereka yang tidur di ruangan lembab. Mata memerah akibat debu dan kotoran belum mendapat perawatan layak. Gatal-gatal muncul karena air bersih yang minim. Demam mulai membayangi anak-anak. Semua ini diperparah dengan obat-obatan yang sangat terbatas, bahkan untuk kebutuhan dasar sekalipun.
Bencana memang merenggut banyak hal, tetapi ia tidak mampu meruntuhkan kepedulian. Setiap bantuan yang disalurkan, sekecil apapun, adalah bukti bahwa empati masih hidup, bahwa siapa pun dari kita masih bisa menjadi bagian dari penyelamatan itu.
Di tengah rasa putus asa, uluran tangan sekecil apa pun menjadi penyemangat untuk tetap bertahan hidup. Ketika akses masih terputus dan bantuan harus kembali menempuh jalur berbahaya, satu hal tetap sama, bahwa mereka masih membutuhkan kepedulian dan bantuan dari kita.
Setiap rupiah yang kita sisihkan hari ini merupakan jembatan yang menghubungkan kehidupan. Jembatan yang mungkin hari ini belum bisa dibangun oleh alat berat, tetapi tetap bisa dibangun oleh rasa kepedulian dan rasa kemanusiaan.
Klik disini untuk ikut menjadi bagian dari jembatan kebaikan itu. Sebab di balik setiap paket bantuan yang tiba, ada keluarga yang kembali percaya bahwa mereka tidak sedang menghadapi bencana ini sendirian.

