Setelah dua tahun didera genosida tanpa henti, secercah harapan akhirnya muncul di langit Gaza. Pemerintah Israel resmi menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan Hamas. Kesepakatan itu disahkan oleh Israel pada Jumat pagi (10/10/2025), dengan implementasi penghentian serangan diperkirakan dimulai dalam 24 jam ke depan. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut keputusan ini sebagai “kerangka pembebasan seluruh sandera, baik yang hidup maupun yang gugur,” dalam pernyataannya di akun X resmi.
Isi Kesepakatan
Berdasarkan laporan CNN Indonesia dan SINDOnews, tahap pertama gencatan senjata ini mencakup penghentian total serangan udara dan darat, penarikan pasukan Israel ke “garis kuning”, serta pembebasan sandera dan tahanan secara bertahap.
Hamas akan membebaskan sandera yang tersisa, sebagai bagian dari pertukaran dengan ratusan tahanan Palestina. Sebagai gantinya, Israel akan membuka jalur bantuan kemanusiaan, memungkinkan ratusan truk yang membawa makanan dan obat-obatan memasuki wilayah Gaza yang telah hancur.
Kepala Hamas di pengasingan, Khalil Al-Hayya, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima jaminan dari Amerika Serikat dan mediator internasional bahwa “perang telah berakhir.” Namun, negosiasi lanjutan masih dibutuhkan untuk menyepakati detail kesepakatan dan mekanisme pengawasan keamanan di lapangan.
Suara yang Masih Berbeda di Pihak Israel
Meskipun mayoritas kabinet menyetujui kesepakatan, suara penolakan tetap terdengar. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menentang keras keputusan tersebut, menegaskan bahwa “Hamas harus dihancurkan, bukan dinegosiasikan.” Namun tekanan publik dan desakan internasional mendorong pemerintah Israel untuk melangkah ke arah penghentian Genosida.
Sejak serangan Israel pada 7 Oktober 2023, Genosida di Gaza telah merenggut lebih dari 67.000 nyawa warga Palestina, termasuk warga sipil, ribuan perempuan dan anak-anak. Infrastruktur hancur, rumah sakit runtuh, dan kehidupan sosial lumpuh.
Kontribusi Relawan Nusantara

Relawan Nusantara menyambut kabar ini dengan harapan dan doa. Bagi kami, gencatan senjata bukan hanya akhir dari tembakan, tapi awal dari pemulihan kehidupan. Selama dua tahun terakhir, rakyat Gaza hidup dalam penderitaan. Listrik padam, rumah-rumah hancur, dan anak-anak tumbuh dalam ketakutan. Setiap gencatan senjata adalah kesempatan bagi kemanusiaan untuk bernafas. Tapi tugas kita belum selesai. Saat senjata berhenti berbunyi, dunia harus memastikan bantuan kemanusiaan benar-benar sampai ke tangan mereka yang membutuhkan.
Sejak terjadinya genosida, masyarakat Indonesia bersama Relawan Nusantara telah menyalurkan berbagai bantuan pangan, medis, dan dukungan bagi warga Palestina. Kini, dengan adanya gencatan senjata, misi kemanusiaan itu akan terus dilanjutkan.
Klik di sini untuk ikut mengirimkan harapan dan bantuan bagi rakyat Gaza. Satu tindakan kecil dari kita, bisa menjadi nafas baru bagi mereka yang masih berjuang.