“Maskernya sangat membantu, debunya masih banyak sekali. Kalau lewat tanpa masker, mata dan hidung langsung perih,” kalimat yang diucapkan oleh Suyono, seorang pengendara yang melintas di jalur Pronojiwo–Candipuro, seakan merangkum seluruh suasana setelah Gunung Semeru memuntahkan abu dan material vulkaniknya.

Ketika Letusan Mengubah Segalanya dalam Sekejap

Erupsi Semeru pada 19 November 2025 bukan hanya riuh dengan dentuman. Bagi warga yang tinggal di sekitar lereng gunung, itu adalah detik ketika kehidupan sehari-hari harus runtuh. Rumah yang biasanya menjadi tempat pulang kini hanya dapat dilihat dari kejauhan dengan hati yang berdebar. Jalanan yang menjadi urat nadi aktivitas kini tertutup debu pekat. Bahkan untuk bernafas pun tidak lagi terasa aman. Di tengah kekalutan itu, ribuan warga terpaksa mengungsi. Mereka membawa apa pun yang bisa diselamatkan, sambil berharap hari esok bisa menawarkan kepastian.

Relawan Nusantara Hadir dengan Cepat, Menjadi ‘Jembatan Nafas’ di Masa Krisis

Pada 22 November 2025, Relawan Nusantara melangkah menuju titik pengungsian SMPN 02 Pronojiwo, sebuah tempat yang mendadak berubah menjadi rumah bagi warga yang terpaksa meninggalkan hunian mereka. Bantuan darurat berupa air mineral, alas tidur, selimut, dan handuk disalurkan kepada para pengungsi. Bagi sebagian orang, mungkin tampak sederhana. Namun bagi warga yang telah dua malam tidur gelisah di lantai sekolah, bantuan itu menjelma menjadi rasa nyaman yang tak ternilai.

Arik Charista selaku perwakilan dari Relawan Nusantara mengatakan,
“Kami berupaya hadir secepat mungkin untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Semoga bantuan ini memberi rasa aman dan nyaman walau hanya sedikit.”

Kalimat itu mencerminkan realitas lapangan. Di masa-masa darurat seperti ini, bantuan bukan semata barang, tetapi penopang psikologis. Menjadi tanda bahwa masyarakat tidak berjalan sendiri menghadapi bencana.

Koordinator pengungsian pun menyampaikan rasa syukur dan terimakasih,
“Kami selaku koordinator posko pengungsian SMPN 02 Pronojiwo mengucapkan terimakasih kepada Relawan dan donatur, atas bantuan yang di berikan kepada pengungsi disini, semoga bantuan ini dapat bermanfaat dan sebagai catatan amal kebaikan donatur dan Relawan Nusantara, Terimakasih.”

Debu Belum Turun, Ancaman Belum Reda - Relawan Kembali Bergerak

Esoknya, 23 November 2025, Relawan Nusantara kembali turun ke jalur yang menghubungkan Pronojiwo-Candipuro. Debu vulkanik masih turun. Pengendara yang melintas harus menahan pedih di mata dan tenggorokan, sementara jarak pandang yang menurun membuat perjalanan semakin berisiko.

Di sinilah aksi berbagi masker dilakukan. Lebih dari sekedar membagikan masker, kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk melindungi kesehatan warga yang tetap harus beraktivitas di tengah kondisi yang tidak ideal. Warga setempat pun ikut turun tangan, memperlihatkan bagaimana solidaritas tumbuh di antara kepungan bencana.

Testimoni sederhana dari Suyono mencermikan dampak sederhana yang diperbuat, masker ternyata jauh lebih berarti dari yang terlihat. Ia menjadi perisai pertama bagi pernafasan, terutama ketika udara belum pulih.

Di Balik Setiap Bantuan Ada Harapan. Dan Harapan Itu Butuh Banyak Tangan

Bencana tidak hanya merusak rumah dan lahan, tetapi juga meretakkan rasa aman. Dan itulah mengapa setiap bantuan, sekecil apa pun, menjadi begitu penting. Setiap botol air menjelma menjadi aliran kasih sayang yang menenangkan. Setiap selimut merupakan pelukan kebaikan yang membuat malam terasa tidak terlalu dingin. Setiap masker adalah bentuk perlindungan dari ancaman yang tak terlihat.

Kita Mungkin Tidak di Lokasi Bencana, Tetapi Kita Bisa Hadir di Hati Mereka

Kejadian ini menjadi pengingat, bahwa manusia pada hakikatnya saling membutuhkan. Bahwa di antara abu dan reruntuhan, ada jiwa-jiwa yang sedang berusaha tetap kuat. Dan kita memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dari kekuatan itu.

Klik disini untuk ikut mengalirkan kepedulian terhadap saudara kita yang sedang berjuang. Sebab kepedulian tidak selalu datang dalam bentuk besar. Kadang ia hanya butuh keputusan sederhana: ikut membantu. Ikut mengulurkan tangan. Ikut menenangkan hati mereka yang sedang diuji.

Karena di balik setiap bencana, selalu ada ruang bagi kebaikan manusia untuk berbicara lebih keras daripada ketakutan.