Di tengah barisan para sahabat yang gagah dan berilmu, ada seorang lelaki tunanetra yang namanya diabadikan Allah dalam Al Quran. Dialah Abdullah bin Ummi Maktum radhiallahu ‘anhu, seorang muadzin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seorang pejuang, seorang pecinta Al Quran yang tidak pernah menjadikan keterbatasannya sebagai alasan untuk mundur.
Muadzin Kedua Rasulullah ﷺ yang Mengawal Waktu Subuh
Ketika banyak orang hanya mengenal Bilal bin Rabah sebagai muadzin Rasulullah ﷺ , Abdullah bin Ummi Maktum juga memegang amanah yang sama mulianya. Saat Bilal mengumandangkan adzan di sepertiga malam, Abdullah bin Maktum akan mengumandangkan adzan Subuh, memastikan kaum muslimin tidak tertinggal shalat pertama di awal hari.
Dari Ibnu ‘Umar dan Aisyah radhiyallahu ‘anhum berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Bilal akan berazan pada malam hari, maka makan dan minumlah sampai Ibnu Ummi Maktum berazan.” Ibnu Ummi Maktum adalah laki-laki buta yang tidak akan berazan kecuali setelah ada yang berkata, ‘Telah masuk waktu shubuh, telah masuk waktu Shubuh.
(Muttafaqun ‘alaih.)
[HR. Bukhari, no. 617 dan Muslim, no. 1092, ini hadits dari Ibnu ‘Umar; HR. Bukhari, no. 622 dan Muslim, no. 1092, ini hadits dari Aisyah]
Abdullah bin Ummi Maktum juga bukan hanya seorang penyeru adzan. Setiap kali Rasulullah ﷺ pergi berperang, Abdullah bin Ummi Maktum dipercaya untuk memimpin Madinah. Tercatat, tidak kurang dari tiga belas kali ia diangkat menjadi walikota sementara. Sebuah kepercayaan yang Rasulullah ﷺ berikan kepada seorang sahabat tunanetra. Bukti bahwa di mata beliau, keterbatasan fisik bukanlah hambatan untuk memikul amanah.
Teguran Ilahi yang Mengabadikan Namanya
Namun, puncak kemuliaan Abdullah bin Ummi Maktum bukan hanya pada kepercayaan dari Rasulullah ﷺ , tapi saat Allah menegur langsung Nabi Muhammad ﷺ dalam surah ‘Abasa, karena berpaling dari Abdullah bin Ummi Maktum yang datang kepada beliau sebab ingin belajar AlQuran, sementara Rasulullah ﷺ sedang berbicara dengan para pembesar Quraisy. Sejak saat itu, Abdullah bin Ummi Maktum dimuliakan oleh Allah, dengan cara yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun.
Gugur di Medan Jihad, Hidup dalam Cahaya Iman
Abdullah bin Ummi Maktum menutup hidupnya di medan jihad, memegang panji Islam dalam Perang Qadisiyah, lalu gugur syahid di jalan Allah. Hingga akhir hidupnya, ia adalah sosok panutan, seorang tunanetra yang tak pernah buta dari cahaya iman dan tak pernah mundur dari barisan perjuangan.
Saatnya Kita Memuliakan Penyandang Disabilitas Seperti Rasulullah ﷺ
Inilah teladan yang Rasulullah ﷺ contohkan, yakni memampukan dan memberi kesempatan pada mereka yang memiliki keterbatasan. Rasulullah ﷺ memuliakan Abdullah bin Ummi Maktum, memberi peran, kepercayaan, dan ruang untuk berkontribusi. Abdullah bin Ummi Maktum tidak di pandang dengan belas kasihan, tetapi diberi amanah untuk memimpin dan berjuang. Dari kisah ini kita belajar, bahwa keterbatasan bukan alasan untuk tersisih.
Sedangkan saat ini, di zaman kita, masih banyak penyandang disabilitas yang terpinggirkan, bukan karena tidak mampu, tetapi karena belum diberi kesempatan. Mereka butuh modal, pelatihan, dan pendampingan untuk bisa berdiri di atas kaki sendiri. Bukan sekadar diberi belas kasihan, tetapi dipercaya, sebagaimana Rasulullah ﷺ memberikan kepercayaan kepada Abdullah bin Ummi Maktum.
Bukan Sekadar Memberi, Tapi Memampukan
Mari wujudkan bersama. Bantuan yang bisa kita salurkan bukan hanya berupa Al Quran Braille untuk menemani mereka mendekat kepada Allah, tetapi juga berupa modal usaha, agar mereka bisa berdiri di atas kaki sendiri.
Satu uluran tangan kita dapat mengubah hidup mereka dan menjadi amal jariyah yang tak terputus hingga akhirat.
Klik di sini untuk berdonasi dan ikut #LuaskanManfaat bersama kami. Sebab setiap keterbatasan, bisa menjadi kekuatan ketika diberi ruang untuk tumbuh.